Loading...

Loading

Loading
(You are in the browser Reader mode)

Bab 10—Karunia Nubuat di Gereja Mula-Mula dan Abad Pertengahan

John W. Reeve dan Rodrigo Galiza

Narasi pemahaman yang berkembang tentang karunia rohani bernubuat di abad-abad awal Kekristenan melibatkan berbagai perspektif, seperti siapa yang dianggap sebagai nabi sejati, peran nubuat dalam liturgi, karakteristik nabi palsu, dan banyak lainnya. Meskipun kami menyebutkan ini sebagai bagian dari narasi kami, itu bukan tujuan utama kami. Kami secara singkat berfokus pada peran nabi yang berkeliling (pengkhotbah) dalam membentuk struktur gerejawi dalam Kekristenan. KN 240.1

Sebagaimana akan menjadi jelas dalam narasi kami, di awal Kekristenan karunia nubuat dipahami secara umum sebagai yang memungkinkan seseorang untuk membedakan dan memproklamirkan kebenaran. Seorang nabi, kemudian, adalah pemberita kebenaran. Inilah sebabnya mengapa peran seorang nabi tumpang tindih dengan peran seorang guru dan pengkhotbah. Tetapi tidak setiap guru/pengkhotbah yang dianggap sebagai nabi sejati. Untuk orang-orang Kristen mula-mula, seorang nabi Ilahi adalah orang yang menyatakan hal-hal yang benar yang berkaitan dengan Yesus sebagai Kristus dari Allah; dengan demikian, mereka berbicara dari/untuk Allah kepada manusia. 1Untuk lebih lanjut tentang karunia nubuat dalam Kekristenan mula-mula, lihat David E. Aune, Prophecy in Early Christianity and the Ancient Mediterranean World (Grand Rapids: Eerdmans, 1983). Aune berfokus pada Kekristenan abad pertama dan kedua dalam perlakuannya terhadap nubuatan. Dia tidak memberikan definisi singkat dan jelas tentang apa itu nabi. Misalnya, mengingat analisisnya tentang Perjanjian Baru ia menggambarkan seorang nabi sebagai pemimpin gereja (201—211), seorang pengkhotbah keliling (211-217), dan pelihat masa depan (171-188). Ini menunjukkan bahwa karunia bernubuat memiliki fungsi yang luas. Makalah ini mencoba untuk menggambarkan satu karakteristik yang mendasari karunia rohani yang diakui pada abad-abad awal ini, yaitu nabi sebagai juru bicara Ilahi KN 240.2

Untuk singkatnya, penggunaan akan sumber-sumber Kristen kami selektif. Kami menekankan literatur tiga abad pertama karena pandangan kami bahwa lintasan waktu itu pada umumnya menjadi normatif tentang bagaimana umat Kristen Katolik akan bereaksi terhadap karunia bernubuat. Kami percaya karakter berpindah-pindah (tidak terkendali) dari nabi-nabi sejati dan munculnya nabi-nabi palsu menyebabkan gereja sebagai organisasi semakin bergantung pada otoritas gereja setempat untuk arahan Ilahi. Namun, ini tidak menghalangi orang Kristen di luar hierarki yang mapan untuk mengklaim karunia bernubuat. Kami berusaha untuk secara akurat menjelaskan ketegangan rumit ini antara mengendalikan atau dikendalikan oleh Roh Kudus melalui pengalaman mereka yang terlibat dalam kisah-kisah berikut dan untuk menganalisis mereka yang mengaku memiliki karunia nubuat Roh. KN 240.3